Perilaku bullying atau intimidasi adalah salah satu masalah sosial yang sering terjadi di kalangan remaja. Bullying dapat terjadi pada siapa saja, apa pun status sosialnya. Sebenarnya, apa penyebab anak remaja rentan melakukan bullying pada teman sebayanya?
Faktor Risiko Anak Remaja Menjadi Pelaku Bullying
Dilansir dari Stop Bullying, tidak ada satu faktor tunggal yang dapat menjelaskan mengapa seseorang dapat melakukan intimidasi atau bullying pada orang lain. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan anak dapat memulai sikap intimidasi pada teman sebayanya, termasuk di dalamnya faktor lingkungan keluarga dan kepribadian anak.
Menurut Verywell Family, beberapa faktor risiko pencetus anak remaja menjadi pelaku bullying di antaranya:
-
Faktor Risiko dalam Keluarga
Melihat atau mengalami kekerasan
Anak remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang dekat dengan kekerasan dapat mendorong anak menjadi pelaku bully. Hal ini disebabkan mereka tumbuh dalam lingkungan yang agresif, penuh kekerasan dan manipulatif.
Pada akhirnya mereka akan merasa bahwa perilaku mengintimidasi merupakan hal yang wajar dan bisa dilakukan pada orang lain.
Memiliki orang tua yang permisif
Terkadang memiliki orang tua yang permisif merupakan kelebihan bagi anak karena mereka dapat merasakan kebebasan. Namun sikap permisif dan pembiaran dari orang tua dapat memicu anak untuk melakukan hal-hal di luar aturan tanpa mendapat sanksi.
Kurangnya kedekatan antara orang tua dan anak juga dapat mendorong anak merasa lebih bebas melakukan tindakan intimidasi pada sesama. Anak-anak yang tumbuh tanpa pengawasan cenderung lebih berani melakukan apa pun termasuk bullying.
-
Faktor Risiko Kepribadian
Memiliki Rasa Percaya diri yang Rendah
Bullying tidak selalu dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Anak dengan rasa percaya diri yang rendah juga dapat menjadi pelaku bully. Dengan melakukan intimidasi, ia bisa mendapatkan rasa percaya diri yang selama ini tidak pernah ia rasakan.
Begitu juga halnya dengan remaja yang selalu ingin mendapatkan kuasa atau memegang kendali dalam hidupnya. Ketika mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan, mereka cenderung melakukan bullying pada orang lain karena merasa berkuasa.
Tidak Memiliki Rasa Empati
Remaja yang sulit mengembangkan empati pada orang lain juga cenderung melakukan bully pada teman sebayanya. Remaja yang minim empati sulit memahami perasan orang lain sehingga merasa intimidasi merupakan perilaku yang wajar dan tidak menyakiti orang lain.
-
Faktor Risiko Perilaku
Memiliki Sikap Agresif
Remaja dengan sikap agresif cenderung mudah marah dan sulit mengendalikan diri. Mereka lebih suka menggunakan paksaan dan sikap mendominasi baik melalui perbuatan fisik maupun kata-kata lisan.
Apabila anak remaja Anda menunjukkan sikap agresif, maka Anda perlu mewaspadai kecenderungannya menjadi pelaku bullying.
Pernah dibully oleh Teman Sebaya
Anak yang pernah dibully juga berisiko menjadi pelaku bullying. Mereka merasa jika hal itu terjadi padanya maka wajar jika orang lain merasakannya juga. Akhirnya para korban merasa bahwa bullying adalah hal yang wajar dan seharusnya bisa dilakukan pada siapa saja.
Peristiwa bullying merupakan masalah yang meresahkan baik bagi anak remaja maupun orang tua. Butuh pengawasan dari orang tua dan guru agar anak tidak berkembang menjadi pelaku intimidasi baik di sekolah dan di rumah.
Apabila remaja mulai menunjukkan sikap agresif dan kecenderungan untuk membully orang lain maka sebaiknya segera ajak bicara sebelum perilaku bullying semakin meluas.
Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina